Dukun Ponari ??

Monday, February 23, 2009

Dukun Ponari.
Pasti banyak diantara kalian yg udah tau sapa sih Dukun Ponari ini.
Yap.
Dukun cilik asal Jombang.
Ha? Dukun cilik?
Hanya karena sebuah 'batu' ajaib yg didapat Ponari,
hampir seluruh masyarakat percaya bahwa 'batu' itu bisa menyembuhkan orang sakit?
Nah lo? Hanya sebuah 'batu' yg blom jelas asal usulnya, bisa dipercaya orang sebanyak itu?
Sampai mereka rela untuk mengantri di rumah Ponari.
Buset!
Tanda tanda mau kiamat guys !
Berikut aku dapat beberapa artikel ttg Ponari,ini artikel dari Liputan 6 dot com :
"15/02/2009 13:34 - Sigi 30 Menit
Heboh Ponari: Dukun Cilik dari Jombang

Liputan6.com, Jombang: Di tangan bocah cilik, Mohammad Ponari, segenggam batu bisa mengobati segala macam penyakit. Maka jadilah Ponari berjuluk dukun cilik yang sepanjang pagi hingga malam diburu puluhan ribu orang yang berharap berkah kesembuhan. Kampung halaman Ponari di Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur, pun penuh sesak oleh lautan manusia.

Heboh praktik pengobatan batu ala Ponari ini sudah berlangsung sejak tiga pekan lalu. Pasien yang ditangani diperkirakan sudah mencapai lebih dari 50 ribu orang. Pasien yang datang beraneka ragam mulai dari sakit berat seperti stroke, asam urat, lumpuh, hingga penyakit ringan. Ada yang mengaku sukses tapi banyak juga yang mengaku tak mendapat khasiat yang diinginkan.

Karena jumlah pasien kian tak terbendung manajemen pengobatan ala dukun cilik inipun diambil panitia yang melibatkan hampir 300 orang. Merekalah yang menyiapkan tenda, membuat karcis, menata parkir, dan mengatur antrean. Kepolisian Sektor Megaluh dan Kepolisian Resor Jombang juga turun tangan menurunkan lebih dari 300 personel.

Di tengah membanjirnya warga yang ingin berobat, polisi menutup praktik pengobatan ini pada Selasa 11 Februari. Bukan tanpa alasan polisi menghentikan praktik dukun cilik Ponari. Sejumlah pengunjung jatuh pingsan terinjak-injak pengunjung lain. Dua pengunjung bahkan tewas kelelahan saat antre menunggu giliran.

Karuan saja, langkah ini diprotes warga. Terlebih banyak dari mereka sudah antre lebih dari tiga hari dan belum mendapat kesempatan. Tetangga Ponari di Dusun Kedungsari pun mengeluh. Maklum, sejak pengobatan ini berlangsung, dusun setidaknya memperoleh pemasukan lebih dari Rp 500 juta dari retribusi yang ditarik dari para pasien. Keluarga Ponari juga terbantu. Kotak amal yang disediakan panitia dikabarkan menyumbang antara Rp 20 hingga 50 juta per hari bagi perekonomian keluarga Ponari yang sebelumnya sangat kekurangan.

Sosiolog Universitas Indonesia Robert MZ. Lawang melihat fenomena dukun seperti Ponari ini bukan kali ini saja terjadi. Cermin dari masyarakat kita yang sakit dan terbelah antara modern realistis dan tradisionil mistis. Bagi Komisi Nasional Perlindungan Anak, praktik dukun yang melibatkan anak ini juga tak layak diteruskan karena mengandung unsur eksploitasi dan terlanggarnya hak-hak anak.

Jika orang-orang disekelilingnya nekat meneruskan, Komnas ANak meminta pihak-pihak yang memanfaatkan Ponari dijerat secara hukum. Maklum, sejak berjuluk dukun, Ponari tak lagi bisa bersekolah. Bangkunya di kelas dibiarkan kosong hampir sebulan. Mohammad Ponari tak lagi menimba ilmu demi merajut masa depan."

ini artikel dari Jualan Buku dot com
"Entah siapa yang membuat gambar kreatif ini, namun idenya bisa membuat kita tertawa. Menggunakan gambar dari produk minuman berion terkenal di Indonesia, Ia menggabungkan fenomena unik segar yang terjadi di Jombang. Jombang dua tahun terakhir ini memang sering menjadi headline surat kabar cetak maupun televisi. Pertama kita mengenal sosok Ryan di tahun 2008 dengan pembunuhan kejinya. Tahun 2009 ada dukun cilik Ponari yang memiliki batu sakti dan konon bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

klik untuk melihat gambar PONARI SWEAT

Gambar di atas dibuat mungkin ingin menunjukan rasa keprihatinan terhadap kondisi negara kita saat ini. Di tengah mahalnya biaya hidup termasuk biaya kesehatan yang semakin menjerat rakyat kecil di jurang kemiskinan, dukun cilik Ponari memberikan harapan kesembuhan bagi anggapan sebagian rakyat Indonesia. Tiap hari ada ribuan orang yang rela mengantri untuk mendapatkan air rendaman batu sakti milik Ponari.

Apakah rakyat sudah tidak percaya dengan kemampuan dokter atau malah mereka percaya tapi tidak mampu untuk membayar biaya kesehatan. Tentunya pemerintah harusnya lebih jeli menanggapi setiap fenomena yang terjadi di Indonesia. Walaupun tidak bisa dipungkiri pengobatan alternatif telah memberikan kesembuhan bagi banyak orang, baik dari lapisan bawah, menengah hingga lapisan kelas atas.

Entah sugesti atau memang kebesaran Tuhan, Musali, 60, warga Ngoro, Jombang, sembuh dari lumpuh total yang telah dideritanya selama 5 tahun setelah meminum air batu sakti milik dukun cilik Ponari. Cerita lain dari Haji Nawawi asal Jombang juga, Ia mengaku sembuh dari penyakit linu tulang yang telah diderita selama 3 tahun. Sebelumnya ia telah berobat rutin di rumah sakit namun tidak sembuh-sembuh.

Selain cerita kesembuhan, banyak juga yang tidak merasakan efek penyembuhan setelah meminum air batu sakti milik Ponari. Ada yang mengatakan diperlukan keyakinan terhadap kasiat batu tersebut. Walaupun demikian tetap saja orang mengantri untuk mendapatkannya hingga terjadi korban jiwa. Terakhir keluarga Ponari memutuskan menutup praktek dukun cilik Ponari karena Ponari kewalahan melayani “pasiennya”.

Ketua Komnas perlindungan Anak, Kak Seto bahkan harus turun tangan karena aktifitas ini menyebabkan si Dukun Cilik harus meninggalkan bangku sekolah. Walaupun menurut pengakuan Ponari, Ia senang menyembuhkan orang namun kalau ramai ia bisa kelelahan dan jatuh sakit.

Ya demikianlah kondisi kita saat ini, kita bisa menyebut fenomena-fenomena ini unik di dunia, mulai dari berebut sakat, premanisme, korban lumpur lapindo, hingga fenomena Dukun Cilik Ponari. Semua ini tak lepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan kemiskinan yang mendera negeri ini. Selain itu hal ini merupakan cermin dari keputusasaan masyarakat kecil terhadap kehidupannya. Ada pepatah mengatakan pemimpin mencerminkan bawahannya. Semoga pemerintah memiliki solusi yang jitu bukan hanya janji-janji politikus ketika berkampanye."

dan terakhir dari Koran Suroboyo dot com :
"JOMBANG - Meski sejak Selasa, 10 Februari 2009, tempat praktek dukun cilik Muhammad Ponari ditutup, ternyata masih saja ada pasien yang rela menunggu untuk mendapatkan air hasil sepuhan “batu ajaib” Ponari. Hingga Jum’at, 13 Februari 2009, beberapa warga dari luar kota rela menunggu di sekitar rumahnya.

Tak hanya sampai di situ. Lantaran belum mendapatkan air sepuhan tersebut, mereka ada yang nekat mengambil tanah yang ada di samping rumah Ponari yang ada di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, itu. Mereka percaya akan khasiat tanah yang ada di sekitar rumahnya.

Ini yang dilakukan Maderi, 57 tahun. Warga Gresik ini sengaja mengambil segenggam tanah dengan maksud untuk obat epilepsi anaknya. “Dengan tanah ini, semoga anak saya bisa segera sembuh,” katanya. Sebelum meninggalkan rumah Ponari, pasien yang telah mengeruk tanah itu melemparkan uangnya.

Apa yang dilakukan Maderi ternyata juga diikuti Maisyaroh, 45 tahun. Warga asal Sidoarjo ini sengaja mengambil dua genggam tanah dari rumah Ponari untuk dioleskan di bagian kaki anaknya yang menderita kelumpuhan. Wanita berjilbab ini terpaksa mengais tanah karena tiga hari tak mendapat air sepuhan.

Sehari sebelumnya, tanda-tanda pengunjung Ponari telah menunjukkan perilaku aneh. Karena tak mendapatkan air sepuhan “batu ajaib”, sebagian pasien mulai mengambil air comberan yang keluar dari kamar mandi Ponari. Mereka yakin, air yang di sekitar rumah Ponari itu juga bisa menyembuhkan penyakit.

Ada yang langsung meminumnya meski air itu masih bercampur lumpur. Edan tenan! Anehnya, mereka mengaku puas meski cuma mendapatkan air comberan di rumah Ponari itu. “Ya, daripada nggak dapat air sakti dari Ponari,” ungkap seorang pasien yang datang dari Tulungagung. Aneh dan ironis bukan?

Tapi, memang seperti itulah yang kini terjadi di rumah Ponari. Sejak ditutup Selasa, 10 Februari 2009, aktivitas Ponari mengobati pasiennya tak tampak lagi. “Kesepakatan pihak keluarga menutup selamanya karena Ponari mau sekolah,” kata Kapolres Jombang AKBP Moh. Khosim kepada KoranSuroboyo.

Meski praktik pengobatan alternatif Ponari ditutup, siswa kelas 3 SDN Balongsari II itu belum sebebas seperti biasanya. Terhitung sejak Senin, 19 Januari 2009, Ponari bolos sekolah. Ini setelah dua hari sebelumnya, tersiar kabar bahwa Ponari tersambar petir dan mendapatkan “batu ajaib” secara tiba-tiba.

Konon, meski batu sekepal tangan Ponari itu sempat dibuang, tapi ternyata kembali sendiri. Lebih mengejutkan, konon pula, setelah ada keluarga Ponari yang sakit minum air sepuhan menjadi sembuh, kabar yang merebak pun semakin liar dan meluas hingga luar kota . Pasien lalu beli kupon Rp 1.000,-.

Dari hari ke hari, antrian pasien pun meluber sampai ke jalanan dusun dan desa. Meski belum ada bukti nyata bahwa pengobatan itu mujarab, ribuan orang yang datang telanjur percaya dan mencari kesembuhan ke tempat praktik Ponari. Tempat praktik ini sempat menelan korban pasien hingga tewas.

Hingga Senin, 9 Februari 2009, sudah empat warga tewas karena berdesak-desakan dan kelelahan saat mengantri menunggu pengobatan. na berdesakan dan kelelahan saat mengantri. Adalah Rumiadi, 58 tahun, warga Kediri yang meninggal pada Minggu, 2 Februari 2009. Ia datang bersepeda motor.

Pada hari itu juga, Nurul Miftadi asal Jombang menyusul tewas. Meski ada korban tewas, namun antusias pasien untuk datang berobat tak menyurutkan mereka. Seminggu setelah ditutup akibat peristiwa tewasnya dua pasien itu, tempat praktik Ponari dibuka kembali. Kali kedua ini menelan korban lagi.

Muchtasor, 56 tahun, warga Blitar, dan Marwi, 55 tahun, warga Jombang tewas juga setelah mengantri cukup lama. Karena kelelahan juga, sang “dukun” cilik ini pun ikut sakit sejak Senin, 9 Februari 2009. Bersama ibunya, Ny. Mukaromah, dan kerabatnya, Ponari dibawa ke Klinik Pengobatan Bhayangkara.

Menurut Dokter Gunawan, Ponari menderita kelelahan fisik. Ini yang menyebabkan badanya panas tinggi sekali. Namun, penyakit Ponari dinilai Gunawan tak terlalu serius. Ia pun langsung diperbolehkan pulang. Menurutnya, Ponari lelah terkait dengan aktivitas setiap hari untuk melayani ribuan pasien.

Menurut seorang warga Jombang, dalam seharinya Ponari bisa melayani sekitar 5.000 pasien. Bahkan, terkadang sampai 8.000 pasien. Setiap pasien yang mau berobat dengan air sepuhan batu ajaib Ponari, wajib membeli kupon dari “panitia” seharga Rp 1.000 per lembar. Moment itu telah menjadi “berkah”.

“Bayangkan, dalam sehari saja bisa menghasilkan sekitar Rp 10 juta,” lanjut warga Jombang tadi. Belum lagi bagi tukang parkir dan ojeg. Ongkos parkir di sekitar lokasi bisa mencapai Rp 10.000,-. Tukang ojeg laris manis. Bukan itu saja. Pedagang yang jual air mineral bisa meraup untuk begitu besar.

Air mineral kemasan 300 ml yang biasanya dijual Rp 1.500,- bisa laku Rp 5.000,-. Untuk kemasan 600 ml dijual seharga Rp 10.000,-. Menariknya, bila ada seserogan yang mengaku membawa air kemasan yang sudah dicelup batu ajaib Ponari, pasien ada yang berani membelinya seharga Rp 50.000,-.

Makanya, ketika ada penutupan, menurut AKBP Khosim, yang keberatan justru para tukang parkir, tukang ojeg, dan pedagang ini. Sumber warga menyebutkan, sebenarnya ada saksi kunci yang tahu betul dari mana asal batu yang dianggap bertuah itu. “Mestinya ini yang harus diusut polisi,” sarannya.

Sebab, konon, batu itu sebetulnya didapat di sekitar rumah Ponari sendiri dan itu batu biasa. “Tapi, entah siapa yang kemudian menghembuskan kalau itu hasil dari petir yang menyambar Ponari. Masa’ jika kesambar petir Ponari tidak apa-apa?” ujarnya. Benarkah demikian? Inilah yang perlu didalami!

Pada Senin, 16 Februari 2009, tempat praktek Ponari kembali dibuka. Ribuan pasien pun rela antri berdesak-desakan. Mengapa Ponari diizinkan praktek lagi, ini belum jelas benar siapa yang memerintahkan untuk dibuka.

Pada Senin, 16 Februari 2009, tempat praktek Ponari kembali dibuka. Ribuan pasien pun rela antri berdesak-desakan. Mengapa Ponari diizinkan praktek lagi, ini belum jelas benar siapa yang memerintahkan untuk dibuka."

Nah.
Setelah kalian baca,
bagaimana kesimpulan kalian?

Kalo aku sih,
SYIRIK banget percaya ama tuh Ponari !
Hanya karena 'batu' bisa menyembuhkan?
Memang dari salah satu artikel di atas ada yg bisa sembuh dari penyakitnya.
Tapi, bukankah itu salah satu kebesaran Tuhan?
Dan bisa saja orang tsb memang sudah saatnya sembuh. :D
Makin aneh dunia skarang.
Oh ya,
Artikel di atas ada yg mengatakan bahwa ada sebagian orang yg rela meminum air comberan bekas Ponari mandi.
Ha? buset. Nggak jijik apa ya? ihh. Lebay amatt.
Masa` mereka nggak menggunakan akal sehat mereka sih?
Wah wah wah.
Dunia emang udah mau KIAMAT !
Kabarnya, ada juga dukun Dewi yg kisahnya mirip dg Ponari.
Sama sama menggunakan 'batu' ajaib.
Gila. Kalau ada waktu akan aku posting lagi khusus tentang Dukun Dewi.

And now,,
Bagaimana tanggapan kalian terhadap aksi yg dilakukan Dukun Ponari?
Benar atau menyimpang?
Kasih argumen juga ya.
:D

catatan :
aku hanya memposting artikel orang lain, dari beberapa sumber.
biar kalian ga repot repot cari, jdi bisa langsung nemu dari blog aku.
:)
kurang lebihnya i`m sorry ! :D

[+/-] . baca semua yuk...